Rabu, 14 Januari 2009

Berita Ujian Nasional 2009

BSNP merilis jadwal Unas 2009
Penulis : arif
Released : Rabu, 14 Januari 2009 05:46:02
Pemerintah terus berusaha membenahi kualitas dan kredibilitas ujian nasional (unas) SMA. Untuk mengoptimalkan nilai siswa, tes yang menentukan kelulusan tersebut akan diperpanjang dari tiga hari menjadi lima hari. Artinya, siswa bisa mengurangi beban dengan cukup menyelesaikan satu mata pelajaran dalam satu hari ujian.
”Kebijakan itu ditempuh setelah mempertimbangkan masukan dan saran dari sekolah dan siswa. Ujian dua mata pelajaran dalam satu hari dianggap terlalu berat dan padat,’’ terang Ketua Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP) Mungin Eddy Wibowo di Kantor Depdiknas, Jalan Sudirman, Jakarta, kemarin.
Kemarin BSNP juga merilis jadwal Unas 2009. Unas tingkat SMA atau sederajat akan berlangsung 20-24 April 2009, sedangkan ujian susulan akan dilaksanakan 27 April hingga 1 Mei 2009. Bagi siswa SMP, unas direncanakan berlangsung 27-30 April 2009 dengan ujian susulan 4-7 Mei 2009. Unas SMA luar biasa dan SMK akan digelar 20-22 April 2009 dengan ujian susulan 27-29 April 2009. Mata pelajaran yang diujikan adalah Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris, dan Matematika. “Uji kompetensi keahlian dilakukan sebelum pelaksanaan ujian nasional dan teknis pelaksanaannya akan diatur tersendiri,” jelas Mungin.
Sedangkan ujian akhir sekolah (UAS) berstandar nasional akan digelar 11-13 Mei 2009. Sementara ujian susulan akan dilaksanakan 18-22 Mei 2009. Mata pelajaran yang diujikan adalah Bahasa Indonesia, Matematika, dan Ilmu Pengetahuan Alam. Bagi SMA dan sederajat, pelajaran yang diujikan untuk Program IPA adalah Bahasa Indonesia, Biologi, Bahasa Inggris, Matematika, Fisika, dan Kimia. Sedangkan bagi Program IPS adalah Bahasa Indonesia, Sosiologi, Bahasa Inggris, Matematika, Geografi, dan Ekonomi.
Bagi Program Bahasa, mata pelajaran yang diujikan adalah Bahasa Indonesia, Sejarah/Budaya/Antropologi, Bahasa Inggris, Matematika, Sastra Indonesia, dan Bahasa Asing. Sedangkan Program Keagamaan, yang diujikan adalah Bahasa Indonesia, Ilmu Kalam, Bahasa Inggris, Matematika, Ilmu Hadits, dan Ilmu Tafsir. Untuk merealisasikan agenda tersebut, Depdiknas telah menyiapkan dana Rp572 miliar.
Kepala Pusat Penilaian Pendidikan Departemen Pendidikan Nasional Burhanuddin Tolla mengatakan, dana itu akan digunakan untuk segala kebutuhan yang menyangkut pelaksanaan ujian nasional, dari pencetakan soal sampai pengumuman kelulusan. Tolla menjelaskan, bukan hanya unas formal yang dibiayai, melainkan juga unas kesetaraan. Perinciannya, katanya, Rp56 miliar untuk UAS berstandar nasional, Rp200 miliar untuk unas SMP sederajat, dan Rp 120 miliar untuk unas SMA sederajat. ”Sisanya untuk ujian nasional pendidikan kesetaraan paket A, B, dan C,” paparnya.
Pada kesempatan yang sama, Mungin juga memastikan bahwa nilai unas bisa dipakai sebagai standar bagi perguruan tinggi negeri (PTN) untuk menerima siswa SMA dengan melihat kemampuan akademiknya. Hal itu tertuang dalam Peraturan Pemerintah (PP) 19 Tahun 2006 tentang Standar Nasional Pendidikan pasal 68. Untuk menyamakan persepsi itu, mulai tahun ini PTN akan terlibat secara teknis dalam pelaksanaan unas SMA. Tujuannya, melakukan seleksi sekaligus penerimaan mahasiswa baru.
Sumber: Padang Ekspres/(zul/nw/jpnn)
Selasa, 13 Januari 2009

Kamis, 01 Januari 2009

Pengumuman PLPG dan Sertifikasi

Klik di: www.sertifikasi.fkip.uns.ac.id

Makalah Pelatihan PTK

PENGEMBANGAN PROFESI GURU
MELALUI PENULISAN PENELITIAN TINDAKAN KELAS (PTK) *)
Oleh: Drs. Jumbadi, M.Pd. **)

A. Pendahuluan
Kenyataan di lapangan banyak guru yang menduduki kepangkatan IVa dibanding dengan jumlah guru yang menduduki kepangkatan di bawahnya. Hal ini disebabkan karena adanya persyaratan yang cukup sulit untuk dipenuhi yaitu unsur pengembangan potensi bagi guru, yang bisa ditempuh dengan penyusunan KTI yang berbobot angka kredit 12.
Ada beberapa alasan mengapa guru tidak melakukan pengembangan profesinya antara lain (1) guru belum memahami substansi pengembangan potensi khususnya penyusunan KTI, (2) guru pernah mencoba mengajukan tetapi dikembalikan karena dipandang belum memenuhi syarat, dan (3) kurang termotivasi. Berdasarkan ketiga hal tersebut menjadikan guru enggan dan cenderung melakukan aktivitas-aktivitas secara rutinitas.Fenomena di atas menunjukkan bahwa dalam melaksanakan tugas termasuk mengurus nasibnya (kenaikan pangkat) guru lebih memilih yang mudah dilaksanakan meskipun bersifat statis/ tidak berkembang.
B. Pengembangan Profesi Guru
Berdasarkan Kepmenpan No. 84 Tahun 1993, Guru dapat mengalami kenaikan pangkat mulai dari guru pratama golongan II/a sampai guru utama golongan IV/e (Soeprapto, 2005: 1). Pengembangan Profesi Guru, merupakan salah satu unsur dalam usulan Penetapan Angka Kredit untuk kenaikan pangkat. Untuk kenaikan pangkat ke-Gol. IV-b keatas, guru diwajibkan memperoleh nilai minimal 12 pada unsur Pengembangan Profesi Guru. Karya Tulis Ilmiah (KTI) merupakan merupakan salah satu bentuk pengembangan Profesi Guru. Berdasarkan Pedoman Penilaian KTI (1996/ 1997: 1-4) dijelaskan hal-hal sebagai berikut :
1. Pengembangan profesi adalah kegiatan guru dalam rangka pengamalan ilmu dan pengetahuan, teknologi dan keterampilan untuk peningkatan mutu baik bagi

*) Disampaikan pada Pelatihan PTK Guru-guru SMPN 1 Karanganyar, 22-23 Des. 2008
**) Guru SMAN Colomadu Kra, Ketua Forum Ilmiah Guru(FIG) Kab. Karanganyar

Proses Belajar Mengajar (PBM) dan profesionalisme tenaga kependidikan lainnya maupun dalam rangka menghasilkan sesuatu yang bermanfaat bagi pendidikan dan kebudayaan.
2. Kegiatan dalam unsur pengembangan diri meliputi (a) menghasilkan KTI di bidang pendidikan, (b) menemukan teknologi tepat guna di bidang pendidikan, (c) menciptakan alat peraga, (d) menghasilkan karya seni, dan (e) mengikuti pengembangan/ penyempurnaan kurikulum.
3. Jenis KTI meliputi (a) KTI hasil penelitian, pengkajian, survey dan evaluasi, (b) karya tulis tinjauan ilmiah gagasan sendiri, (c) karya ilmiah populer, (d) karya ilmiah sebagai pemrasaran dalam seminar, (e) buku pelajaran atau modul, (f) diktat pelajaran, dan (g) karya tulis terjemahan. Semua itu dalam bidang pendidikan.
4. Secara rinci lampiran Keputusan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara, Nomor: 84/1993 Tanggal 24 Desember 1993, menjabarkan besaran angka kredit sebagai berikut.
a. Karya (tulis) ilmiah hasil penelitian, pengkajian, survey, dan atau evaluasi di bidang pendidikan
1) Dipublikasikan dalam bentuk buku (setiap buku angka kredit 12,5),
2) Dipublikasikan dalam bentuk majalah ilmiah (setiap karya angka kredit 6),
3) Tidak dipublikasikan, tetapi didokumentasikan di perpustakaan sekolah dalam bentuk buku (setiap buku angka kredit 8),
4) Tidak dipublikasikan, tetapi didokumentasikan di perpustakaan sekolah dalam bentuk makalah (setiap karya angka kredit 4).
b. Karya tulis atau makalah yang berisi tinjauan atau ulasan ilmiah hasil gagasan sendiri dalam bidang pendidikan
1) Dipublikasikan dalam bentuk buku (setiap buku angka kredit 8),
2) Dipublikasikan dalam bentuk majalah ilmiah (setiap karya angka kredit 4),
3) Tidak dipublikasikan, tetapi didokumentasikan di perpustakaan sekolah dalam bentuk buku (setiap buku angka kredit 7),
4) Tidak dipublikasikan, tetapi didokumentasikan di perpustakaan sekolah dalam bentuk makalah (setiap karya angka kredit 3,5).
c. Tulisan ilmiah populer di bidang pendidikan dan kebudayaan yang disebarluaskan melalui media massa
(setiap satu tulisan yang merupakan satu kesatuan angka kredit 2)
d. Prasaran berupa tinjauan, gagasan atau ulasan ilmiah yang disampaikan dalam pertemuan ilmiah
(setiap kali penyajian angka kredit 2,5)
e. Buku pelajaran atau modul
1) Bertaraf nasional (setiap buku angka kredit 5)
2) Bertaraf propinsi (setiap buku angka kredit 3)
f. Diktat pelajaran
(setiap diktat angka kredit 1)
g. Karya penerjemahan buku pelajaran atau karya ilmiah yang bermanfaat bagi pendidikan
(setiap buku/ karya ilmiah angka kredit 2,5)
Besaran angka kredit di atas hanya berlaku bagi karya tulis ilmiah yang dilakukan secara perorangan. Bila karya tulis dibuat secara berkelompok atau tim, maka penulis utama berhak mendapat 60% dari besaran angka kredit di atas. Sedangkan 40% besaran angka kredit dibagi rata kepada para penulis pembantu. Jumlah penulis pembantu sebanyak¬-banyaknya 5 orang.

C. Penulisan KTI Bentuk Penelitian Tindakan Kelas (PTK)
Salah satu bentuk KTI yang dianjurkan bagi guru adalah Penelitian tindakan Kelas (PTK). Penelitian Tindakan Kelas (PTK) adalah penelitian tindakan yang dilakukan oleh guru dengan tujuan memperbaiki mutu praktik pembelajaran di kelasnya. PTK berfokus pada proses belajar-mengajar yang terjadi di kelas, dilakukan pada situasi alami. Tindakan tersebut merupakan suatu kegiatan yang sengaja dirancang untuk dilakukan oleh siswa dengan tujuan tertentu. Oleh karena tujuan PTK adalah memperbaiki mutu pembelajaran, maka kegiatan yang dilakukan haruslah berupa tindakan yang diyakini lebih baik dari kegiatan-kegiatan yang biasa dilakukan. Dengan kata lain, tindakan yang diberikan kepada siswa harus terlihat kreatif dan inovatif.
Hal yang khusus pada tindakan tersebut adalah adanya hal yang berbeda dari yang biasa dilakukan guru dalam praktik pembelajaran sebelumnya, karena yang sudah dilakukan dipandang belum memberikan hasil yang memuaskan.
Untuk mengetahui keberhasilan tindakan tersebut maka harus dilakukan secara berulang-ulang, agar diperoleh keyakinan akan keampuhan dari tindakan. Jika dibandingkan dengan eksperimen adalah:Eksperimen melihat bagaimana efektivitas perlakukan, sedangkan PTK melihat keterlaksanaan dan kelancaran proses tindakan. Oleh karena itu yang dipentingkan dalam PTK adalah proses, sedangkan hasil tindakan merupakan konsekuensi logis dari ampuhnya tindakan. Pengulangan langkah dari setiap awal sampai akhir seperti itu disebut siklus. Untuk KTI guru, PTK sedikitnya dilaksanakan dua siklus
D. Penyusunan Laporan PTK
Ada perbedaan khusus antara penelitian fomal dengan penelitian tindakan kelas, baik setting/sasaran penelitian, dasar permasalahan penelitian, maupun metodologi dan hasil penelitian yang ditemukan. Namun, semua penelitian mempunyai awal yang sama yaitu adanya masalah dan adanya keinginan untuk memecahkan masalah tersebut. Tujuan penelitian pada penelitian formal adalah ingin mengetahui membuktikan, mengembangkan model atau mencari perbedaan hubungan serta pengaruh dari satu/beberapa variabel terhadap variabel lainnya. Sedangkan tujuan penelitian tindakan kelas adalah adanya keinginan peneliti untuk memecahkan masalahnya melalui tindakan/intervensi yang sudah dipertimbangkan dengan sungguh-sungguh, sehingga hasilnya akan mampu menumbuhkan perubahan yang mengarah pada perbaikan proses pembelajaran.Untuk itu, menyusun usulan penelitian perlu dipersiapkan dengan maksimal oleh para peneliti agar ada pegangan untuk bertindak, walaupun pelaksanaan penelitian itu akan didanai sendiri. Untuk penelitian yang akan meminta dana dan lembaga tertentu, penyusunan proposal penelitian merupakan suatu keharusan dan mutlak harus ada.
Laporan penelitian merupakan manifestasi dari kegiatan seorang peneliti yang sudah mencoba melakukan kegiatan penelitiannya berdasarkan proposal yang telah dipersiapkan. Usulan penelitian adalah apa yang akan dilakukan oleh peneliti, sedangkan laporan adalah apa yang sudah dilakukan peneliti sehingga dapat terjadi adanya perbedaan pada kajian teori, variabel, maupun metodologi yang digunakan.
Dalam penelitian tindakan kelas, peneliti perlu mencatat semua kejadian yang muncul akibat tindakan yang dilakukan. Perubahan apa yang tampak, tingkah laku ataupun kemampuan tentang aspek tertentu yang muncul, agar dapat terdeteksi secara maksimal. Untuk dapat melaporkan hasil kegiatan penelitian tersebut, diperlukan adanya sistematika yang dapat dipakai sebagai pedoman untuk bahan informasi kepada pihak lain yang membutuhkan.
Pada akhir bagian ini disampaikan secara singkat tentang sistematika penulisan laporan penelitian tindakan kelas.
a. Bagian Pembukaan
Halaman judul
Halaman pengesahan
Abstrak (jika diperlukan).
Abstrak merupakan kondensasi (pemadatan/sari) dari hasil penelitian, yang terdiri atas 4 unsur pokok, yaitu (a) Latar belakang subjek pada awal/permasalahan penelitian, (b) tujuan penelitian, (c) prosedur penelitian, dan (d) hasil penelitian. Ditulis dalam satu halaman, satu spasi, maksimal tiga alinea, ada yang mengharuskan hanya satu alinea, hal ini sangat tergantung pada sumber data atau ketentuan selingkung dari penunjang dana atau pemesan.
Contoh:
Menumbuhkan Keberanian Mengemukakan Ide Pengerjaan Soal melalui Optimalisasi Satuan Pembelajaran Matematika Siswa Kelas 3 SMP 1 Karanganyar.
Menurut pengamatan peneliti pada kelas 3C SMP 1 Karanganyar. jumlah siswa yang berani mengemukakan ide pengerjaan soal matematika cenderung sedikit (< 10%). Hanya jika dipaksa oleh guru siswa baru berani. Fenomena ini merupakan salah satu keprihatinan guru yang periu segera dipecahkan. Oleh karena itu, tujuan penelitian ini adalah peningkatan jumlah siswa yang berani mengemukakan ide pengerjaan soal matematika.
Upaya pemecahan masalah dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut: (1) perencanaan tindakan perbaikan (planning'), yang meliputi kegiatan analisis faktor penyebab dan penetapan aksi, (2) pelaksanaan tindakan (acting), (3) pengumpulan data (observing), dan (4) analisis efektivitas tindakan (reflecting). Serangkaian kegiatan ini disebut satu siklus. Menurut hasil wawancara dengan siswa, observasi kelas dan refleksi guru yang dilanjutkan dengan kolaborasi dengan teman sejawat, ditemukan bahwa akar masalah adalah mutu proses pembelajaran yang belum mendorong siswa berani mengerjakan soal matematika. Ada tiga tindakan yang menjadi fokus upaya pemecahan masalah, yaitu: (1) peningkatan motivasi, (2) peningkatan guru yang otoritatif, dan (3) Optimalisasi penerapan satuan pembelajaran matematika. Dengan memberlakukan tindakan di atas, diharapkan tiga indikator keberhasilan riset tindakan ini tercapai, yaitu (1) sekurang-kurangnya 30% siswa berani mengemukakan ide pengerjaan soal, (2) lebih dari 50% siswa menyetujui ide pengerjaan soal dari teman, dan (3) lebih dari 10% siswa
menyanggah/menyetujui ide pengerjaan guru. Data (informasi) mengenai efektivitas tindakan dikumpulkan dari observasi kelas, angket, wawancara dengan guru, wawancara dengan siswa, dan refleksi diri guru/siswa. Validasi instrumen ditempuh melalui face validity dan critical reflection dari masing-masing kolaborator penelitian ini.
Berdasarkan analisis data selama siklus I, II, dan III, dapat disimpulkan: (1) jumlah siswa yang berani mengemukakan ide pengerjaan soal meningkat (10%-42,5%), (2) jumlah siswa yang berani menyetujui ide pengejaan tema meningkat dari 20% menjadi 35,97%, dan (3) jumlah siswa yang berani menyanggah/menyetujui ide guru meningkat dari 5% menjadi 53,29%. Perubahan hasil belajar siswa (nilai harian) cenderung meningkat. Hasil penelitian juga menunjukkan perubahan suasana kelas yang cenderung demokratis dan perubahan sikap guru yang lebih peduli terhadap suasana kelas
Mengingat pelaksanaan penelitian oleh perubahan kalender akademik (liburan puasa), diharapkan siklus penelitian diperpanjang (dari 3 siklus ke 5 siklus) untuk mendapatkan signifikansi keterkaitan antara frekuensi siswa mengerjakan soal metematika di kelas dengan rata-rata hasil belajar. (Farida Nur ’aini, 2000).

Kata pengantar
Daftar Isi
Gaftar Gambar
Daftar Lampiran
Daftar Tabel (kalau ada)
b. Bagian Isi
Pada bagian isi laporan memuat lima bab penting yang perlu diperhatikan. Bab dalam bagian isi adalah sebagai berikut.
Bab I Pendahuluan
Terlihat unsur-unsur berikut.
1. Latar belakang masalah, deskripsikan data faktual awal yang menunjukkan terjadi masalah, tempat/setting, pentingnya masalah dipecahkan dengan cara yang dilakukan. Uraikan bahwa masalah yang diteliti benar-benar nyata, berada dalam kewenangan guru/ peneliti. Masalah ini juga menguraikan bahwa masalah tersebut problematik/perlu/mendesak dipecahkan, risikonya kalau masalah tersebut tidak segera dipecahkan. Masalah tersebut penting diteliti: uraikan manfaat jangka pendek dan panjang apabila masalah tersebut berhasil diatasi..
2. Rumusan Masalah, yang dimaksud adalah problem statement (formulation), yaitu rumusan masalah dalam kalimat pernyataan .sedemikian sehingga terlihat unsur-unsur (who, what, where, when, how much/many). Jadi, sedikit berbeda dengan research question yang ada dalam penelitian formal.
3. Tujuan Penelitian. Agar diuraikan tujuan penelitian yang ingin dicapai (umum dan khusus) sehingga tampak jelas indikator keberhasilannya. Indikator keberhasilan itu perlu ditulis karena akan menjadi target tindakan yang akan dilakukan.
4. Manfaat Penelitian. Kemukakan secara jelas manfaat bagi siswa,
guru, maupun komponen lain yang terkait.Agar ada konsistensi pada bab ini, peneliti harus melihat kembali proposal yang pernah disusun dengan lebih rinci dan lengkap. Tidak dibenarkan bahwa laporan penelitian jauh berbeda dengan proposal yang pernah dirancang.
Bab II Kajian Pustaka
Pada penelitian formal (empiris), kajian pustaka disajikan untuk meningkatkan pemahaman yang lebih tinggi tentang masalah yang diteliti, karena umumnya penelitian formal berasal dari hasil studi terhadap hasil penelitian sebelumnya. Jadi, ada tuntutan yang tinggi untuk menelaah secara luas/mendalam literatur terkait dengan permasalahan yang diteliti dan penelitian-penelitian sebelumnya. Sedangkan pada penelitian tindakan kelas, kajian pustaka hanya dimaksudkan untuk memberi guideline (petunjuk) bahwa suatu tindakan itu dibenarkan secara teoretis. Jadi, tidak ada kebutuhan (tuntutan yang mendasar) untuk menguji teori yang sudah ada, dan dapat menggunakan literatur ataupun tulisan-tulisan tangan kedua, atau dokumen sekunder masih dipakai untuk memperkuat dasar teori yang ada di bab ini.
1. Ada teori-teori terkait yang memberi arah/petunjuk tentang variabel permasalahan yang dipecahkan serta variabel tindakan yang digunakan untuk mengatasinya.
2. Ada usaha peneliti memberikan argumen teoretis bahwa tindakan yang diambil didukung oleh referensi yang ada sehingga secara teoretis tindakan tersebut memiliki dukungan.
3. Action tertentu dimungkinkan dapat meningkatkan mutu KBM, tetapi tidak untuk membuktikan teori. Dari uraian ini tergambar kerangka berpikir yang memberikan langkah dan arah penelitian tindakan.
4. Hipotesis tindakan (jika diperlukan).
Bab III Metodologi Penelitian
Bagian ini oleh Sagor (1992) disebut deskripsi proses penelitian, yaitu peneliti diharapkan mampu menuliskan atau menguraikan langkah-langkah penelitian secara jelas dan padat.
Dengan demikian, pada bab metodologi penelitian ini terlihat unsur-unsur berikut.
a) Subjek penelitian.
b) Setting penelitian (tempat penelitian).
c) Desain (rancangan penelitian atau cara-cara pokok penelitian; siklus
yang akan dilakukan; alat, materi, dan media yang perlu dipersiapkan.
d) Jenis instrumen dan cara penggunaannya.
e) Pelaksanaan tindakan. Tindakan yang dilakukan bersifat rasional, artinya berbasis pada akar penyebab masalah; dan feasible (dapat dilakukan dengan tidak ambisius), artinya tindakan terdukung materi, waktu, serta prasarana lainnya.
f) Cara pengamatan (monitoring)
g) Validasi data,analisis data dan refleksi. Data yang akan divalidasi, dianalisis,(seduai dengan jenis data). Refleksi sangat diperlukan untuk mengetahui dampak tindakan, kemajuan yang diperoleh, maupun kelemahan yang ditemukan.
Kemukakan tahapan siklus berikutnya sesuai hasil analisis dan refleksinya.
Bab IV. Hasil Penelitian dan Pembahasan
1. Diskripsi setting penelitian
Berikan gambaran kondisi lapangan saat tindakan dilakukan, secara kualitatif
maupun kuantitatif tentang semua aspek yang dapat direkam pada waktu awal
penelitian.
2. Hasil penelitian
Sajikan dengan data lengkap dari setiap siklus, sehingga memberikan gambaran yang jelas perubahan/perbaikan yang diperoleh dari hasil kegiatan observasi, menyangkut berbagai aspek konsentrasi penelitian. Sajian data ini dapat dibuat dalam bentuk grafik/ tabel dengan diberikan berbagai penjelasan dan analisis data.
3. Pembahasan
Rangkum hasil penelitian dari seluruh siklus dan semua aspek konsentrasi penelitian dengan diformulasikan ke dalam bentuk tabel, grafik, serta dibahas tiap aspek yang diketahui adanya peningkatan, atau tidak adanya perubahan dengan berbagai alasan yang rasional dan logis. Jika dapat dikuatkan dengan teori yang relevan maka dapat meningkatkan kualitas pembahasan hasil penelitian.
Bab V. Simpulan dan Saran
1. Simpulan
Kemukakan simpulan yang diperoleh dari hasil analisis pada bab sebelumnya
dengan memperhatikan perumusan masalah dan tujuan penelitiannya.
2. Saran
Saran untuk penelitian lanjut utarakan keterbatasan penelitiannya, kemudian
sampaikan saran.
Daftar Pustaka
LAMPIRAN-LAMPIRAN YANG PERLU
E. Penutup
Dari bermacam-macam jenis pengembangan profesi yang paling mungkin untuk dilakukan oleh guru ditingkat pendidikan dasar dan menengah adalah penulisan karya tulis ilmiah dari hasil Penelitian Tindakan Kelas. Hal ini dapat dimengerti karena berbagai alasan antara lain adalah:
1. PTK dilakukan di sekolah tempat guru mengajar (tanpa harus meninggalkan tugas mengajarnya )
2. PTK tidak menuntut atau membutuhkan biaya yang besar karena relativ tidak
membutuhkan alat,sarana dan prasarana yang berlebihan
3. Permasalahan PTK terfokus tentang kegiatan pembelajaran di sekolah dimana guru
mengajar
4. PTK dilakukan secara kolaboratif.


DAFTAR PUSTAKA

Harun, 2008, Makalah TOT Guru Pemandu, Semarang: LPMP Jawa Tengah.

Jumbadi, 2008. Makalah Pelatihan Karya Tulis Ilmiah Guru SMP . Karanganyar
: Dinas P dan K.

Nuning Hidayah 2008. Makalah Pelatihan Karya Tulis Ilmiah Guru SMP . Karanganyar:
Dinas P dan K.

Suhardjono. 1995. Karya Tulis Ilmiah di Bidang Pendidikan dan Angka Kredit
Pengembangan Profesi Guru. Jakarta: Depdikbud.

Suharsimi dkk,2006. Penelitian Tindakan Kelas. Bumi Aksara, Jakarta.

Soeprapto. 2005. Pengembangan Profesi Guru. Karanganyar Makalah Lokakarya SMP N 4 Karanganyar.


Lampiran: 1.

Contoh-contoh Judul PTK

KONSELING BEHAVIORAL UNTUK MENINGKATKAN RASA PERCAYA DIRI SISWA KELAS XII-IPS 3 SMA NEGERI 12 BANDUNG

PENGGUNAAN METODE PEMBELAJARAN TEAM GROUP TOURNAMENT ( TGT ) UNTUK MENUMBUHKAN MINAT DAN MOTIVASI SISWA DALAM BELAJAR BIOLOGI DI KELAS X.8 SMA NEGERI 22 JAKARTA

UPAYA PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN IPA SISWA KELAS V MELAUI MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED INSTRUCTION (PBI)

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA KONSEP SISTEM PENCERNAAN MAKANAN PADA MANUSIA DAN HEWAN VERTEBRATA
MELALUI PEMBELAJARAN KOOPERATIF MODEL MENCARI PASANGAN

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS NARASI MELALUI METODE KERJA KELOMPOK PADA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA
DI KELAS VI SDN 17 ARO IV KORONG KOTA SOLOK

UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR PKn MELALUI PENDEKATAN STAD DENGAN PERMAINAN MONOPOLI INTERNASIONAL
PADA SISWA KELAS XII SMAN 92 JAKARTA

PENERAPAN SIMPLE SCIENTIFIC EXPERIMENT
SEBAGAI UPAYA PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS KARANGAN DESKRIPSI SISWA KELAS X. 2 SMA 1 CEPIRING

PEMBELAJARAN DENGAN KOTAK BEKAS TEMPAT DISKET TRANSPARAN UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI DAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA PADA MATERI GEOMETRI DIMENSI TIGA SISWA KELAS X-9
SMA BATIK 1 SURAKARTA TAHUN AJARAN 2007/2008

PENGGUNAAN TEKNIK SCRAMBEL UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MEMBACASISWA KELAS 1 SEKOLAH DASAR ISLAM INTERNASIONAL (SDII) SURAKARTA

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS TEKS RECOUNT SISWA KELAS VIII AKSELERASI SMP NEGERI 1 KARANGANYAR TAHUN PELAJARAN 2006 / 2007 MELALUI PEMBIASAAN MENULIS BERITA AKTUAL PADA CHART TREE


UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR FISIKA KONSEP LISTRIK DINAMIS MELALUI PENDEKATAN DESKRIPSI ANALOGI SISWA KELAS IX SMP NEGERI 1 MUNTILAN TAHUN PELAJARAN 2006/2007

Minggu, 12 Oktober 2008

Motto

Optimis dan Khusnudhon pada Illahi, adalah awal dari kesuksesan anda.

Sabtu, 11 Oktober 2008

Bagaimana Membuat PTK?

Oleh : Prof. Dr. SukestiyarnoDosen Matematika UNNES
Editor: Drs. Jumbadi, M.Pd.Ketua Forum Ilmiah Guru (FIG) Kabupaten Karanganyar Jateng

A. Pendahuluan

Peningkatan kualitas pendidikan di sekolah dapat ditempuh melalui berbagai cara, antara lain peningkatan bekal awal siswa baru, peningkatan kompetensi guru, peningkatan isi kurikulum, peningakatan kualitas pembelajaran dan penilaian hasil belajar siswa, penyediaan bahan ajar yang memadahi, penyediaan sarana belajar, dan lain sebagainya. Dari semua cara tersebut peningkatan kualitas pembelajaran melalui peningkatan kualitas pendidik memduduki posisi yang sangat strategis dan akan berdampak positif. Dampak positif tersebut berupa
1) peningkatan kemampuan dalam menyelesaikan masalah pendidikan dan masalah pesmbelajaran yang dihadapi secara nyata, 2) peningkatan kualitas masukan, proses, dan hasil belajar, 3) peningkatan keprofesionalan pendidik, 4) penerapan prinsip pembelajaran berbasis penelitian.Upaya meningkatkan kemampuan meneliti di masa lalu cenderung dirancang dengan pendekatan penelitian pengembangan (reseach development). Pendekatan ini lebih menekankan perencanaan penelitian yang bersifat top down dan sangat teoritis. Paradigma demikian dirasakan tidak sesuai lagi dengan perkembangan pemikiran baru, khususnya dengan konsep Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis Sekolah (MPMBS), atau School based quality management. Pendekatan MPMBS menitikberatkan pada upaya perbaikan mutu yang inisiatifnya berasal dari motivasi internal pendidik dan tenaga kependidikan itu sendiri, dan bersifat pragmatis naturalistic.MPMBS mengisyaratkan pula adanya kemitraan antarjenjang dan jenis pendidikan, baik pada tataran praktis implementasional maupun dalam tataran gagasan konseptual. Kebutuhan akan kemitraan yang sehat, produktif, dan dikembangkan atas prinsip kesetaraan sudah sangat mendesak. Kemitraan tersebut bisa dilakukan antar guru bidang studi atau bisa juga antara guru dengan lembaga pendidikan tinggi pada bidang yang sesuai. Kemitraan tersebut berguna untuk pengelolaan pembelajaran untuk pengembangan. Dalam kemitraan tersebut kedua belah pihak bisa saling diskusi, memberi masukan, dan memutuskan sesuatu secara kolaboratif.Upaya meningkatkan kompetensi pendidik untuk menyelesaikan masalah pembelajaran yang dihadapi saat menjalankan tugasnya dapt dilakukan melalui penelitian tindakan kelas yang dilakukan secara kolaboratif antar guru maupun antara dosen dan guru. Melalui penelitian tindakan kelas (PTK) masalah-masalah psendidikan dan pembelajaran dapat dikaji, ditingkatkan, dan dituntaskan sehingga proses pendidikan dan pembelajaran yang inovatif dan hasil belajar yang lebih baik, dapat diwujudkan secara sistematis. Upaya PTK diharpkan dapat menciptakan sebuah budaya belajar di kalangan sekolah. PTK menawarkan peluang sebagai strategi pengembangan kinerja melalui pemecahan masalah pembelajaran menempatkan pendidik sebagai peneliti sekaligus sebagai agen perubahan yang pola kerjanya bersifat kolaboratif dan mutualistis.B. Pengertian dan Karakteristik PTKB.1 Pengertian Dasar Penelitian TindakanBerikut ini beberapa pengertian dasar tentang penelitian tindakan.1. Penelitian Tindakan adalah penelitian tentang, untuk, dan oleh masyarakat/kelompok sasaran, dengan memanfaatkan interaksi/ partisipasi dan kolaborasi antara peneliti dengan kelompok sasaran.2. Penelitian Tindakan adalah salah satu strategi pemecahan masalah yang memanfaatkan tindakan nyata dan proses pengembangan kemampuan dalam mendeteksi dan memecahkan masalah. Dalam prosesnya, pihak-pihak yang terlibat saling mendukung satu sama lain/ dilengkapi dengan fakta-fakta, dan mengembangkan kemampuan analisis.3. Dalam prakteknya/ penelitian tindakan menggabungkan tindakan bermakna dengan prosedur penelitian. Ini adalah suatu upaya memecahkan masalah sekaligus mencari dukungan ilmiahnya/Pihak yang terlibat (guru, widyaiswara, instruktur, kepala sekolah, dan warga masyarakat) mencoba dengan sadar merumuskan suatu tindakan atau intervensi yang diperhitungkan dapat memecahkan masalah atau memperbaiki situasi dan kemudian secara cermat mengamati pelaksanaannya untuk memahami tingkat keberhasilannya.Pengertian di atas merupakan pengertian umum tentang pengertian penelitian tindakan. Oleh karena itu melakukan penelitian tindakan dapat dilakukan oleh siapa saja, termasuk suatu institusi, lembaga negeri atau swasta atau pun pihak ekonomi lemah ke bawah. Pengertian penelitian tindakan kelas lebih khusus terjadi hanya dalam kelas.Dalam literatur berbahasa inggris, PTK disebut dengan classroom action research. Jadi PTK adalah suatu penelitian tindakan yang terjadi dalam pembelajaran. Saat ini PTK sedang berkembang dengan pesatnya di negara-negara maju seperti Jerman, Amerika, Inggris, Australia dan lain sebagainya. Para ahli penelitian pendidikan akhri-akhir ini menaruh perhatian yang cukup besar terhadap PTK. Apabila dicermati, kecenderungan baru ini mengemuka karena jenis penelitian ini mampu menawarkan pendekatan dan prosedur baru yang lebih menjanjikan dampak langsung dalam bentuk perbaikan dan peningkatan profesionalisme guru dalam mengelola proses belajar mengajar di kelas atau implementasi berbagai program disekolahnya daengan mengkaji berbagi indicator keberhasilan proses dan hasil pembelajaran yang terjadi pada siswa atau kesberhasilan proses dan hasil implementasi berbagai program sekolah. Dengan kata lain, sebagaimana dikemukakan di atas melalui PTK para guru dan pendidik memperoleh teori yang dibangun sendiri, bukan yang diberikan oleh pihak lain.B.2 Unsur-unsur yang ada dalam PTKPengertian PTK secara lebih rinci dan lengkap, diartikan sebagai suatu bentuk kajian yang bersifat reflektif oleh pelaku tindakan, yang dilakukan untuk meningkatkan kemantapan rasional dari tindakan-tindakan mereka dalam melaksanakan tugas, memperdalam pemahaman terhadap tidakan-tindakan yang dilakukan serta memperbaiki kondisi di mana praktek-praktek pembelajaran tersebut dilakukan. Untuk mewujudkan tujuan-tujuan tersebut PTK itu dilaksanakan berupa proses, pengkajian berdaur, yang terdiri dari 4 tahap, meliputi:a. Perencanaan (planning): Setelah masalah yang ada dalam kelas teridentifikasi, selanjutnya merancang mencari jalan keluar untuk memecahkan masalah yang dihadapi. Sebelum melakukan suatu tindakan untuk memecahkan masalahnya, hal yang sangat penting adalah secara kolaborasi membuat suatu perencanaan (planning) tentang materi, langkah, dan evaluasi untuk mencapai target solusi yang diinginkan. Perencanaan harus disusun sedemikian rupa bertahap yang memberi petunjuk praktis tentang apa yang harus dilakukan. Perencanaan berupa tahapan kegiatan tersebut bersifat fleksibel sewaktu-waktu dapat berubah tergantung pada situasi di lapangan pelaksanaan sebelumnya. Dalam penyusunan rancangan ini peneliti perlu menentukan titik atau focus permasalahan yang perlu mendapat perhatian. Selanjutnya perlu disiapkan instrument yang dapat digunakan untuk mengukur ketercapaiannya. Dalam hal ini pada umumnya guru (peneliti) menyusun apa yang dinamakan rencana pembelajaran (satuan acara pembelajaran).b. Pelaksanaan tindakan (acting): Pada tahap ini peneliti melaksanakan dari segala sesuatu yang sudah direncanakan. Pad kegiatan pelaksanaan ini guru sebagai pelaksana harus bersifat jujur, taat terhadap apa yang sudah direncanakan, tidak terkesan dibuat-buat. Pada pelaksanaannya suatu tindakan baru harus lebih menonjol dilakukan, karena sesuatu yang baru dicobakan tersebut akan diamati, dievalusi dan dipakai sebagai bahan melakukan refleksi.c. Pengamatan (observing): Kegiatan pengamatan ini dilakukan oleh tim pengamat dimana sebagai tim pengamat bukan guru yang sedang melaksanakan tindakan melainkan orang yang menjadi kolaborator dalam PTK ini. Hal yang diamati adalah suatu kegiatan perubahan pada focus pengamatan (variable) yang terjadi pada diri subyek pengamatan disaat atau akhir dari pelaksanaan tindakan point b di atas.d. Refleksi (reflecting): Pada kegiatan pelaksanaan tindakan selesai dilakukan, dan mendapatkan data dari hasil pengamatan. Bersama tim kolaborasi melakukan evaluasi dari apa yang sudah dilaksanakan dan diamati. Dari kegiatan inilah selanjutkan melakukan reflesi (pemantulan). Hasil reflesi ini sangat berguna untuk meninjau kembali pada perencanaan yang telah disusun untuk dilaksanakan pada siklus berikutnya. Pada focus rancangan kegiatan mana yang harus dilakukan perubahan atau perbaikan. Program perbaikan inilah yang akan menyempurnakan rancangan kegiatan yang dibuat secara kolaboratif tersebut.PTK merupakan kegiatan penelitan yang bertugas melakukan perbaikan atau peningkatan terhadap pembelajaran. Kegiatan perbaikan tersebut terus dilakukan perulangan hingga mencapai suatu target yang diharapkan. Kegiatan keempat tahap dalam PTK tersebut di atas adalah merupakan suatu kegiatan satu siklus. Pada siklus berikutnya akan melakukan hal yang sama mulai dari perencanaan hingga refleksi. Kegiatan yang terus berulang tersebut adalah merupakan ciri khas dalam PTK.Kegiatan berupa siklus tersebtu menimbulkan pertanyaan, sampai berapa siklus dalam PTK harus dilakukan. Kegiatan berupa siklus ke siklus berikutnya harus mendapatkan suatu perubahan perbaikan atau peningkatan terhadap suatu hal yang positif, atau pengurangan terhadap hal negatif. Bagaimanapun juga jumlah siklus juga harus ada batasnya, banyaknya siklus harus bisa dirancang dengan baik. Rancangan secara kolaboratif akan dapat diprediksi kapan ketercapaian suatu hasil yang diinginkan dapat di raih. Oleh karena pada PTK ingin melihat perubahan sebagai saran yang baik banyaknya siklus minimal 2 siklus, dan maksimal tidak ada batasnya, akan tetapi rancangan siklus lebih dari 4 siklus merupakan kegiatan yang menjemukan.Pertanyaan kedua muncul, apabila sudah merancang 3 siklus, kemudian apa yang dilakukan bila pada akhir siklus ke 3 belum tuntas (tercapai), sebaliknya apabila pada siklus ke 2 sudah tuntas semua pada semua yang menjadi focus pengamatan? Apabila siklus ke 3 belum tuntas, peraturannya harus merancang siklus berikutnya, tetapi bila pada siklus ke dua sudah tuntas, siklus selanjutnya tetap dilaksanakan dengan cara melestarikan rancangan yang sudah baik dilaksanakan. Gambaran antar siklus dapat ditunjukkan seperti gambar berikut:-proses pelaksanaan- proses pengamatanrefleksi Siklus I-proses pelaksanaan- proses pengamatanrefleksi Siklus IIPlan revisi PlanB.3. Karakteristik PTKBerdasarkan apa yang sudah dikemukakan di atas, maka dapat dicermati karakteristik PTK yang berbeda dari karakteristik penelitian formal lainya. Pada PTK mempunyai ciri karakteristik antara lain.a. Berpijak pada permasalahan praktisKarakteristik pertama dari PTK adalah bahwa kegiatan tersebut dipicu oleh permasalahan praktis yang dihayati dalam pelaksanaan tugas sehari-hari oleh guru sebagai pengelola program pembelajaran di kelsa atau sebagai jajaran staf pengajar di suatu sekolah. Disini PTK bertujuan untuk memperbaiki praksis secara langsung, disini, dan sekarang. PTK memusatkan pertahatian pada permasalahn yang spesifik kontekstual sehingga tidak terlalu penghiraukan kereprsentativan sampel, karena berbeda dari penelitian formal. Tujuan PTK bukanlah menemukan pengetahuan baru melainkan memperbaiki sesuatu yang sudah ada. PTK dilaksanakan bukan untuk mengemukakan pembenaran diri, melainkan untuk mengungkapkan kebenaran, meskipun jangkauan keterterapannya lebih terbatas. Proses temuan dan implikasi PTK didokumentasikan secara cermat sehingga terbuka bagi tim sejawat.b. Penelitian bersifat kolaboratifPTK tidak dapat diselenggarakan secara mandiri. Dalam PTK membutuhkan pemikiran bersama, dan pada pelaksanaannya membutuhkan pengamatan indikator yang dilakukan oleh bukan pengajarnya sendiri, dan pada akhirnya untuk melakukan refleksi juga membutuhkan pemikiran bersama. Kolaboratif dapat dilaksanakan antar guru sejawat (mungkin serumpun kelompok bidang studi), dapat juga dilaksanakan kolaborasi antara dosen dan guru. Ciri kolaboratif harus menanamkan kerjasama kesejajaran, bukan antara atas dan bawah. Kerjasama kesejawatan ini dimulai dari awal perencanaan hingga reflesi sampai pada penyusunan laporan.c. PTK sebagai praktek melakukan refleksi dan membiasakan profesionalPeneliti bertindak sebagai kebiasaan profesional, artinya guru dalam melaksanakan PTK pengenalan permasalahan serta upaya yang dirancang untuk mengatasinya dan efektivitas penerapannya, dilakukan secara lebih eksplisit dan sistematis oleh peneliti itu sendiri, dalam hal ini kolaborasi antar guru atau kolaborasi guru dan dosen.Dalam kaitan ini guru yang berkolaborasi dalam PTK harus mengemban peran ganda. Pertama sebagai praktisi yang dalam pelaksanaan penuh keseharian tugas-tugasnya, dan yang kedua sekaligus secara sistematis meneliti praksisnya sendiri. Sebagaimana telah diisyaratkan sebelumnya, apabila terlaksana dengan baik, maka latihan ini akan memberi sumbangan nyata bagi terbentuknya kultur meneliti di kalangan guru. Suatu langkah strategis dalam profesionalisasi jabatan guru. Ini juga berarti bahwa pelecehan profesi dalam bentuk penyediaan jasa pembuatan daftar angka kredit dalam rangka proses kenaikan pangkat fungsional guru dapat diakhiri.C. Prinsip-prinsip PTKPrinsip-prinsip pelaksanaan PTK bagi seorang guru menurut Hopkins (1993) dijelaskan meliputi 6 prinsip yaitu,1. Pekerjaan utama guru adalah mengajar, dan apapun metode PTK yang diterapkan seyogyanya tidak berdampak mengganggu komitmennya sebagai pengajar, misalnya imtuk guru tidak boleh sampai mengorbankan kegiatan atau proses belajar mengajar. Pelaksanaan PTK dalam mencobakan suatu tindakan yang baru setidak-tidaknya siswa membutuhkan penyesuaian. Adalah wajar bila pada siklus pertama masih jauh dari target yang diinginkan. Dari sinilah membutuhkan suatu refleksi. Pembagian materi ajar pada siklus pertama hingga siklus berikutnya tidak ada batasan yang pasti. Misalkan setiap satu siklus harus memuat satu pokok bahasan, atau setiap siklus harus memuat satu kompetensi, atau satu siklus harus berlangsung satu minggu atau satu bulan. Yang jelas pembagian setiap siklus sepenuhnya diserahkan pada guru, yang jelas pemberian materi siklus pertama dan seterusnya adalah tidak sama. Bisa saja satu kompetensi dirancang menjadi 3 siklus, atau satu pokok bahasan dirancang menjadi 3 siklus atau satu siklus memuat 4 jam pelajaran. Hal itu semua adalah mungkin. Guru sendiri yang mengetahui pembangian materi antara siklus pertama dan seterusnya.2. Metode pengumpulan data yang digunakan tidak menuntut waktu yang berlebihan dari guru, sehingga berpeluang mengganggu proses pembelajaran. Guru pelaksana tetap melaksanakan tugas sebagaimana guru biasa. Sebagai pengamat harus mampu membantu guru dalam memberikan evaluasi jalannya pembelajaran. Pengamat adalah yang paling bertanggungjawab dalam melakukan pengumpulan data.3. Metodologi yang digunakan harus terencana cermat dan bersifat reliabel, sehingga tindakan dapat dirumuskan dalam suatu hipotesis tindakan yang dapat diuji di lapangan. Mengembangkan strategi yang dapat diterapkan pada situasi kelasnya serta memperoleh data yang dapat digunakan untuk menjawab hipotesis yang dikemukakan.4. Masalah penelitian yang diusahakan oleh guru seharusnya merupakan masalah yang cukup merisaukan, dan bertolak dari tanggungjawab profesinya. Guru sendiri memiliki komitmen terhadap pengentasannya. Komitmen tersebut diperlukan sebagai motivator guru untuk bertahan melaksanakan kegiatan yang menuntut lebih dari yang sebelumnya.5. Penyelenggaraan PTK guru harus selalu bersikap konsisten menaruh kepedulian tinggi terhadap prosedur etika yang berkaitan dengan pekerjaannya. Hal ini penting dilakukan dan pihak atasan harus mengetahui kegiatan tersebut agar memperoleh pengakuan akan hasil yang diperoleh dari PTK.6. Pelaksanaan PTK sejauh mungkin harus digunakan sebagai permasalahan yang dilihat tidak hanya terbatas pada konteks kelas dan/atau mata pelajaran tertentu, melainkan dalam perspektif misi sekolah secara keseluruhan. Kegiatan penelitian tindakan pada dasarnya harus merupakan gerakan yang berkelanjutan (on-going), karena skope peningkatan dan pengembangan memang menjadi tantangan sepanjang waktu.Jika tujuan utama PTK adalah untuk perbaikan dan peningkatan layanan profesional guru dalam menangani proses belajar mengajar, bagaimana tujuan itu dapat dicapai? Tujuan itu dapat dicapai dengan melakukan refleksi untuk mendiagnosis keadaan, kemudian mencobakan secara sistematis berbagai tindakan alternatif dalam memecahkan permasalahan pembelajaran di kelas dan/atau implementasi program sekolah yang tengah dirasakan itu.D. Tujuan dan Manfaat PTKSeperti dijelaskan di atas bahwa PTK menitik beratkan pada pemecahan masalah pembelajaran, dan mencari solusi pemecahannya. Selanjutnya dicobakan suatu tindakan berulang-ulang hingga mencapai ketuntasan yang diharapkan. Dengan dasar tersebut di atas Diharapkan PTK dilaksanakan bertujuan untuk memperbaiki dan meningkatkan kualitas pembelajaran di sekolah.Manfaat yang diharapkan dapat dipetik dengan melaksanakan PTK adalah:1. Peningkatan kompetensi guru dalam mengatasi masalah pembelajaran dan pendidikan di dalam dan di luar kelas.2. Peningkatan sikap profesional guru dan atau dosen.3. Perbaikan dan/atau peningkatan kinerja belajar dan kompetensi siswa.4. Perbaikan dan/atau peningkatan kualitas penggunaan media, alat bantu belajar, dan sumber belajar lainnya.5. Perbaikan dan/atau peningkatan kualitas proses pembelajaran di kelas.6. Perbaikan dan/atau peningkatan kualitas prosedur dan alat evaluasi yang digunakan untuk mengukur proses dan hasil belajar siswa.7. Perbaikan dan/atau peningkatan masalah-masalah pendidikan anak di sekolah.8. Perbaikan dan/atau peningkatan kualitas penerapan kurikulum.E. PTK dalam Bidang Pendidikan MatematikaSebenarnya melaksanakan PTK untuk bidang studi pendidikan matematika tidak jauh berbeda dengan PTK untuk bidang studi lainnya (non matematika). Juga pengkhususan tinjauan pada bidang pendidikan matemtika disini tidak ada yang istimewa dengan yang lainnya. Maksud pengkhususan disini hanya untuk memberikan gambaran pembaca umumnya dan penggemar matematika khususnya lebih khusus dan bersifat spesifik. Matematika memang menjadi bahan perbincangan para murid dan orang tua, mereka sebagian orang memandang bahwa matematika merupakan matapelajaran yang sukar dan merupakan momoknya mata pelajaran.Pada kegiatan ini ingin mendalami apakah benar matematika itu memang sulit, tidakkah bisa pembelajaran matematika dicarikan solusi terhadap permasalahan di atas. Adakah strategi pendekatan pembelajaran yang membuat pembelajaran matematika menjadi menyenangkan, orang lebih senang belajar matematika. Oleh karena itu pengkhususan disini agar lebih spesifik mencari masalah dalam bidang matematika, dan memberi contoh solusi pemecahan yang sudah diperoleh melalui penelitian, memberi contoh-contoh strategi yang tepat di bidang matematika, memberi contoh menyusun proposal, laporan, hingga menulis karya ilmiah dalam bidang matematika.F.Bidang Kajian PTK Pendidikan MatematikaDalam rangka mencari bidang kajian untuk menyusun usulan PTK sangat perlu memperhatikan tujuan dan manfaat melaksanakan PTK. Sebenarnya bidang kajian PTK untuk pendidikan matematika yang mengarah pada peningkatan kualiitas pembelajaran cukup luas cakupannya. Pada tulisan ini akan merinci pada kelompok bagian kajian yang sedang hangat dibicarakan orang dan baik untuk dilakukan penelitian. Bidang kajian tersebut antara lain:1. Masalah belajar siswa di sekolah, meliputi sulitnya memahami konsep teoritis matematika, susahnya memecahkan masalah soal cerita matematika, adanya kesalahan-kesalahan pembelajaran karena belajar matematika dituntut cermat dan teliti, adanya miskonsepsi misalnya pengertian alas dan tinggi suatu segitiga untuk menghitung luas masih sering terjadi kesalahan konsep, mencari susunan suatu peristiwa masih sulit membedakan antara mana yang permutasi dan mana yang kombinasi atau bahkan mana yang tidak keduanya, dan sebagainya.2. Desain dan strategi pembelajaran di kelas, meliputi masalah pengelolaan dan prosedur pembelajaran misalnya sulitnya membelajarkan matematika dimana kondisi input siswanya sangat heterogen dalam kemampuan matematika, implementasi dan inovasi dalam metode pembelajaran misalnya saat ini sedang trend dengan pembelajaran realistik matematika bagaimana penerapannya, masalah interaksi siswa di dalam kelas misalnya membantu siswa yang sangat heterogen bagaimana mengatasinya, partisipasi orang tua dalam pembelajaran siswa misalnya bagaimana caranya melibatkan orang tua dalam memfasilitasi kebutuhan siswa untuk praktikum matematika.3. Alat bantu, media dan sumber belajar, meliputi bagaimana memerankan alat peraga dalam membelajarkan operasi bilangan bulat, bagaimana memanfaatkan media elektronik internet dalam pembelajaran matematika, memerankan perpustakaan sekolah dalam pembelajaran matematika, bagaimana memberi tugas siswa untuk mengkoleksi data di masyarakat untuk keperluan pembelajaran statistika.4. Sistem asesmen dan evaluasi proses dan hasil pembelajaran, meliputi masalah evalusai awal dan hasil pembelajaran misalnya bagaimana melakukan evalusi yang obyektif untuk materi soal cerita, pengembangan instrumen asesmen berbasis kompetensi misalnya melakukan penilaian afektif siswa untuk pembelajaran matematika.5. Pengembangan pribadi peserta didik, pendidik, dan tenaga kependidikan lainnya, meliputi peningkatan kemandirian dan tanggungjawab peserta didik misalnya bagaimana memerankan pemberian tugas terstruktur di rumah sebagai bagian pembelajaran, peningkatan keefektifan hubungan antara pendidik dan peserta didik dan orang tua dalam pembelajaran misalnya dengan pemanfaatan tugas struktur pada siswa pada materi yang belum diajarkan agar melibatkan orang di sekitar rumah.6. Masalah kurikulum meliputi implementasi KBK misalnya bagaimana membelajarkan matematika sesuai tuntutan KBK, urutan penyajian materi pokok.G. Hasil-hasil PTK pada bidang Pendidikan MatematikaBerikut ini akan diberikan beberapa contoh selektif hasil penelitian yang telah dilakukan untuk bidang pendidikan matematika melalui PTK.1. Penelitian Nurkaromah, 2004 dengan judul “Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Statistika Siswa Kelas II SLTP 1 Jepara melalui Implementasi Pendekatan Kontekstual”. Penelitian ini dilatarbelakangi oleh suatu masalah bahwa pembelajaran statistika selama ini dihadapkan pada contoh-contoh klasik yang kurang mengena pada kehidupan siswa sehari-hari. Olah karena itu kadang siswa menangkap konsep secara deduktif hafalan. Misalkan, pokoknya yang namanya median adalah nilai diurutkan menurut besarnya lalu diambil tengahnya, yang namanya rata-rata adalah nilai dijumlahkan kemudian dibagi banyaknya data. Bila siswa ditanya apa bedanya median sama dengan 40 dan median sama dengan 70. Mereka tidak bisa menjelaskan apa arti kedua nila tersebut. Pada penelitian ini menawarkan suatu pembelajaran kontekstual dengan cara siswa mengalami langsung melakukan pendataan misalnya mengukur tinggi badan masing-masing siswa, dari data yang ada kemudian dijelaskan apa yang namanya konsep ukuran tendensi sentral. Pada siklus berikutnya siswa diajak melakukan pembelajaran di luar kelas. Mereka dimintan mengukur ketinggian tanaman, menghitung kendaraan yang lewat dan lain sebagainya. Pada pembelajaran ini siswa diarahkan disamping melakukan aplikasi pada ukuran tendensi sentral mereka juga diajak untuk menangkap konsep membuat diagaram, membuat tabel kontigensi. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa siswa menjadi lebih aktif terlibat dalam pembelajaran, siswa lebih mudah menangkap konsep abstrak tentang ukuran tendensi sentral, hasil belajar siswa juga mengalami peningkatan.2. Penelitian Masruchin, 2004 dengan judul “Meningkatkan Ketrampilan Siswa dalam Menyelesaikan Persamaan Linier Satu Variabel dengan Pembelajaran Berbantuan Kartu Variabel dan kartu Bilangan pada Siswa SMP 2 Grabag”. Penelitian ini dilatarbelakangi oleh suatu masalah, pada umumnya guru mengajarkan materi dengan cara mengikuti urutan latihan soal pada buku paket atau buku lembar kerja. Situasi ini membuat siswa mengalami kejenuhan belajar materi matematika termasuk belajar materi persamaan linier yang dipandang abstrak dan sukar. Penelitian ini menawarkan suatu strategi yang memanfaatkan alat peraga. Alat peraga tersebut berbentuk kartu-kartu variabel dan kartu-kartu bilangan. Kartu-kartu tersebut dimulai dibuat oleh guru dan selanjutnya siswa diminta untuk membuat kartu yang sama secara berkelompok 5 orang. Pada pembelajaran tatap muka di kelas guru mendemonstrasikan penggunaan kartu-kartu tersebut, selanjutnya memberi soal dan siswa bekerja dengan kartu mereka masing-masing secara kelompok. Pembelajaran dengan kartu variabel dan kartu angka dalam 3 siklus hasilnya menunjukkan adanya perubahan pada diri siswa, bahwa keaktifan siswa belajar menjadi lebih semangat, kemampuan memecahkan soal menjadi lebih trampil dan hasil belajar siswa pun meningkat.3. Penelitian Suyitno, 2005 dengan judul “Upaya meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas II Proram Percepatan SMP 2 Semarang dalam Pelajaran Matematika melalui Model Pembelajaran dengan Pendekatan IBL (Inquiry based Learning) sebagai strategi yang Berasosiasi dengan CTL (Contextual Teaching and Learning). Penelitian ini dilatarbelakangi oleh pandangan guru bahwa siswa kelas percepatan karena kepandaiannya mampu mengatasi permasalahan belajarnya, sehingga guru mengajar sekadarnya. Penelitian ini menawarkan kegiatan, bahwa bagaimanapun juga pintarnya siswa, mereka perlu dibimbing dan difasilitasi proses pembelajarannya. Melalui pemberian tugas terstruktur dikemas bernuansa CTL, untuk dipecahkan masalahan yang ada oleh siswa sendiri (guna menumbuhkan IBL). Disini guru benar-benar sebagai fasilitator. Kegiatan dengan 3 siklus ini membuahkan hasil bahwa pada diri siswa tumbuh adanya peningkatan melakukan inquiry (penemuan), siswa menjadi semakin aktif belajar mandiri, hasil belajar siswa menjadi semakin meningkat.4. Penelitian Mastur, 2005 dengan judul “Upaya Meminimalkan Kesalahan Siswa Kelas V SDN Panggang 02 Jepara di dalam Memahami Konsep Phi (p) dan Penerapannya melalui Diskusi Kelompok Kecil, suatu Implementasi RME (Realistic Mathematics Education)”. Penelitian ini dilatarbelakangi oleh suatu kondisi sulitnya siswa memahami bilangan Phi (p) , kenapa sebenarnya bukan 3,14 atau 22/7. Bermula dari pemikiran sederhana ini peneliti menawarkan suatu tindakan bahwa suatu konsep abstrak matematika bisa dibelajarkan kepada siswa lebih menyenangkan dan sambil bermain siswa mudah menangkap konsep tersebut. Kegiatan ini pada siklus pertama siswa dihadapkan benda-benda yang berbentu lingkaran atau bulat, siswa diminta untuk mengukur sendiri, menghitung sendiri, menyimpulkan sendiri tentang bilangan Phi (p) . Pada siklus kedua siswa diajak melakukan pembelajaran di luar kelas untuk mencari benda apa saja yang membutuhkan bilangan Phi (p) . Hasil penelitian menunjukkan bahwa siswa menjadi lebih aktif dan senang belajar matematika, siswa paham konsep dan tau aplikasi konsep abstrak matematika.5. Penelitian Winarti, 2005 dengan judul “Penerapan Pembelajaran Kooperatif dengan Memanfaatkan Media Kartu dan Poster dalam Upaya Meningkatkan Kemampuan Siswa Menyelesaikan Soal Cerita Matematika di SD Sekaran 01 Semarang”. Penelitian ini dilatarbelakangi oleh suatu kondisi pada diri siswa SD masih kurang komunikatif antar teman, siswa masih takut mengemukakan pendapatnya dalam belajar matematika. Penelitian ini menawarkan suatu kegiatan kerja bareng antar kelompok (kooperatif) untuk memecahkan soal-soal yang sudah disiapkan guru dalam bentuk kartu-kartu. Hasil kerja kelompok mereka harus ditulis dalam kertas manila besar (poster) untuk dipresentasikan pada kelompok lain. Pada kegiatan ini siswa dilatih untuk mau bekerja sama satu dengan lainnya. Siswa dilatih untuk menulis rangkuman kerja dan siswa dilatih untuk berani melakukan presentasi di depan kelas. Hasil penelitian dengan 3 siklus ini mampu membawa siswa berkomunikasi antar teman secara bebas dan berani, siswa menjadi berani mengemukakan pendapat dibantu dengan poster melalui presentasi, hasil belajar siswa menjadi meningkat.6. Penelitian Wardono, 2005 dengan judul “Penerapan Pembelajaran Kooperatif Jigsaw-II dan TGT (Team Games Tournament) untuk Meningkatkan Hasil Belajar Matematika pada Siswa SMP”. Penelitian ini dilatarbelakangi oleh suatu kondisi bahwa kemampuan akademik siswa dalam kelas sangat heterogen, antar siswa dalam belajar matematika masih terkesan individualistis, antara siswa yang pandai dan yang kurang pandai masih terlihat ada jarak. Penelitian ini menawarkan suatu bentuk kegiatan cara belajar kooperatif, dimana siswa terbagi dalam kelompok-kelompok heterogen bermain seperti tipe jigsaw II. Penyelesaian soal-soal yang diberikan mereka dikompetisikan antar kelompok (memainkan permainan game TGT). Pada kegiatan ini siswa dilatih untuk saling bekerja sama, dimana siswa yang mampu harus membantu siswa yang kurang mampu secara akademik. Disamping itu siswa dilatih untuk aktif mengemukakan pendapat lewat presentasi. Penelitain pembelajaran dengan 3 siklus ini menghasilkan suatu bentuk bahwa siswa semakin bertambah aktif berperan sesuai tugasnya masing-masing, siswa semakin terlibat membantu satu sama lain, siswa yang kurang mampu secara akademik semakin bersemangat dalam belajar, dan siswa yang mampu secara akademik merasa dirinya semakin berguna pada teman sejawatnya. Hasil belajar siswapun juga mengalami kenaikan.7. Penelitian Sriningsih/Sukestiyarno, 2005 dengan judul “Menumbuhkan Kemampuan Siswa Melakukan Rancang Bangun Geometri bagi Siswa TK melalui pendekatan pemanfaatan alat peraga dan permainan simulasi”. Penelitain ini dilatarbelakangi suatu masalah bahwa anak-anak TK kurang terarah dalam kegiatan bermainnya. Guru kurang bisa menangkap inovasi siswa yang bersiafat heterogen, sehingga tidak bisa memberi fasilitas pada siswa secara individual yang optimal. Pada penelitian ini menawarkan suatu kegiatan yang mengajak siswa tetap bermain dengan menggunakan alat-alat peraga dengan bermain simulasi mengarah pada suatu pembentukan daya inovasi siswa dalam melakukan rancang bangun. Kegiatan rancang bangun ini pada awalnya mengenali bentuk bangun datar geometri, selanjutnya menyusun bangun tertentu dengan peraga bagun datar, pada siklus berikutnya siswa dikenalkan benda ruang dan latihan membentuk bangun tertentu dengan menggunakan bentuk peraga bangun ruang. Pada akhirnya siswa benar-benar dilatih membuat pussle sebagai latihan membuat rancang bangun, mereka membentuk suatu bangun-bangun tertentu menggunakan alat peraga yang ada. Hasil penelitian menunjukkan bahwa siswa semakin aktif bersemangat bermain bangun geometri, siswa semakin trampil berinovasi membuant bangun-bangun seperti alam pikir mereka dalam kehidupan mereka sehari-hari. Kemampuan siswa untuk berinovasipun semakin menunjukkan hasil yang memuaskan.8. Penelitian Sukestiyarno, 2005 dengan judul „Model Pembelajaran Filsafat Ilmu untuk Matematika dengan metode Kooperatif Tim Turnamen bagi Mahasiswa Semester I Pendidikan Matematika UNNES“. Penelitian ini dilatarbelakangi oleh suatu masalah bahwa pada umumnya pembelajaran mata kuliah Filsafat Ilmu untuk Matematika diajar oleh dosen non matematika, sehingga contoh-contoh perkembangan ilmu kurang spesifik pada perkembangan ilmu matematika. Mahasiswapun menjadi kurang bersemangat belajar mata kuliah yang bersangkutan. Penelitian ini menawarkan suatu kegiatan bahwa pembelajaran filsafat ilmu untuk matematika diajar oleh dosen matematika yang berpengalaman. Kegiatan banyak melibatkan mahasiswa untuk bekerja mandiri. Mahasiswa diberi tugas untuk menyusun makalah secara berkelompok. Tugas yang diberikan antar kelompok adalah sama. Diperlakukan demikian akan pada saat muka dapat melakukan kompetisi antar kelompok untuk memecahkan suatu masalah. Pada saat tatap muka masing-masing kelompok agar melempar pertanyaan dan pertanyaan tersebut dikompetisikan untuk kelompok lainnya. Hasil penelitian ini mampu membawa siswa lebih bersemangat dan aktif mempelajari konsep perkembangan ilmu pada umunya dan perkembangan matematika khususnya. Ketrampilan siswa bermain peran sebagai penyusun dan presentasi makalah menjadi meningkat, hasil belajar siswapun juga menjadi meningkat.9. Penelitian Sukestiyarno, 2006 dengan judul “Upaya Menumbuhkan Semangat Siswa Meraih Tuntas Belajar dengan Model Pembelajaran Heroic Leadership dan Turnamen Matematika SMA”. Pada peneliitan ini akan dipakan sebagai contoh menyusun proposal, menyusun laporan serta menyusun karya ilmiah (lihat pada pembahasan selanjutnya).10.G. Contoh Judul-judul dalam PTK untuk MatematikaBerikut contoh-contoh judul yang dapat dijadikan pertimbangan untuk menyusunPenelitian Matematika dengan PTK.1. Pengembangan Strategi Pembelajaran Kooperatif Learning Tutor Sebaya berbasis Multimedia Komputer untuk meningkatkan hasil belajar siswa kelas X materi Geometri Datar.2. Meningkatkan Pemahaman Konsep Statistika SMA Kelas XI melalui Pendekatan Activities and Class Discussion dengan menggunakan Software Komputer.3. Upaya meningkatkan penguasaan konsep dan Membentuk Siswa menjadi Matematikawan Kritis melalui Pembelajaran Logika Matematika SMA kelasa XII dengan Strategi Student Team Heroic Leadership.4. Meminimalkan Sikap Negatif dan Kecemasan Siswa Menangkap Konsep Matematika Dasar melalui Pembelajaran Interaktif dan Pendekatan Pemecahan Masalah Model Polya di SD kelas VI.5. Meningkatkan Penguasaan Konsep dan Menumbuhkan Wawasan Aplikasi Teknologi pada Pembelajaran Kalkulus SMA kelas XI Dikemas dalam CD Interaktif.6. Pengembangan Model Pembelajaran berbasis Multimedia dan Simulasi untuk Meningkatkan Ketrampilan Praktek Matematika Siswa Kelas VIII .7. Meningkatkan kemampuan komunikasi Matematika dengan optimalisasi Modalitas V-A-K (Visual, Auditori, dan Kinestetik) pada materi Geometri kelas XI.8. Keefektifan Model Problem Solving dengan kemampuan membangun Alogaritma dalam pembelajaran Matematika terhadap pemahaman konsep atau prinsip siswa pada materi Kalkulus kelas XI.9. Meningkatkan hasil belajar siswa SD pada materi Penjumlahan Pengurangan Bilangan Bulat melalui Pembelajaran Team Teaching Collaboration Model Tutorial.10. Meningkatikan Hasil Belajar Siswa kelas VII Materi Aritmatika Sosial melalui Pemberian Tugas Terstruktur Modul dan Permainan Transaksi Jual Beli.11. Meningkatkan Hasil Belajar Siswa SD pada Materi Geometri kelas V melalui Strategi Pembelajaran Pemberian Tugas Terstrukur Materi Baru dan Pemanfaatan Media Peraga Sekitar.